Senin, Mei 6, 2024

Menggunakan internet dengan akal sehat dan niat baik

Must read

Penggunaan internet dan media digital tak hanya memberikan manfaat bagi penggunanya namun juga membuka peluang terhadap munculnya berbagai persoalan ruang digital.

“Kurangnya kecakapan digital dalam menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak menimbulkan penggunaan media digital yang tidak optimal,” kata Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jebul Suroso saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema “Menjadi Pelopor Masyarakat Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (25/11/2021).

Dalam webinar yang diikuti 200-an peserta itu, Jebul menyebut rendahnya etika digital berpeluang menciptakan ruang digital yang tidak menyenangkan. Selain menjadi terdapat banyak konten negatif, ruang digital juga memicu kebocoran data pribadi maupun penipuan digital.

“Peran nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam budaya digital di konteks ini jadi krusial,” ucap Jebul. Menurutnya, perlu pemahaman nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai landasan kecakapan digital dalam kehidupan berbudaya, berbangsa, dan bernegara.

Kompetensi yang dibutuhkan dalam pemahaman itu adalah cakap paham, yakni internalisasi atau penerapan nilai-nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika di ruang digital. Kompetensi yang dibutuhkan juga cakap produksi, cakap distribusi, cakap partisipasi dan cakap kolaborasi.

“Manusia Pancasila di era digital itu seharusnya bisa berpikir lebih kritis, melihat konten yang akan diproduksi dan distribusi mesti selaras dengan nilai,” kata Jebul. Terutamanya mengecek konten itu benar, objektif, sesuai fakta, penting, dan memiliki niatan baik untuk orang lain serta tidak memihak atau tidak merugikan.

“Menjadi warga digital yang Pancasilais berarti kita siap untuk berhadapan dengan pengguna internet dengan latar belakang yang beragam, maka perlu gotong-royong, kolaborasi untuk kampanye literasi digital agar memiliki sensitifitas untuk berpartisipasi dan berkolaborasi aktif,” urai Jebul Suroso.

Berbudaya digital artinya menjaga budaya mutu manusia sebagai aktor utama. Menjalankan budaya digital juga harus memiliki kualitas berselancar didasari akhlak mulia atau kemuliaan niat.

”Misalnya dengan rajin mengembangkan konten-konten segar yang positif untuk disajikan pada sosial media,” lanjut Jebul. Ia menambahkan, budaya digital membuat jaringan pertemanan dari kerja sama semakin luas yang membawa kebaikan dan kesejahteraan.

Narasumber lain dalam webinar itu, CEO Jogjania.com Jota Eko Hapsoro mengatakan, kejahatan digital perlu diwaspadai dengan setidaknya mengetahui pola yang dipakai. ”Mulai dari pola penggunaan akun palsu, pemanfaatan data palsu, transaksi palsu dan barang palsu alias tidak sesuai dengan display,” kata Jota.

Webinar yang dipandu moderator Rara Tanjung itu juga menghadirkan narasumber SEO Specialist Ricko Luis; dosen Universitas Sahid Surakarta Ahmad Khoirul Anwar, serta Vanessa Axelia sebagai key opinion leader.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article