Selasa, Mei 21, 2024

Piala Asia 2024: tataplah Paris, lupakan finalis!

Must read

Oleh Sabpri Piliang, Wartawan Senior

Menjelang berakhirnya tahun terburuk ekonomi dunia. Tahun terburuk dalam sejarah ekonomi modern. Akhir 2008, setelah krisis “Supreme Mortgage” (kredit perumahan yang macet di AS) terjadi (2007-2010), bursa ekonomi dunia terkulai. Luluh lantak. Bursa saham ambruk, pengangguran booming, dan sistem Keuangan global nyaris mati.

Suasana hati, semua pesimis. Situasi sepertinya akan bertambah buruk. Dari optimistis menggebu, berubah menjadi pesimistis akut. Dalam keadaan putus asa. Sebelum terjadi uncertainty, Harian “The Wall Street Journal” menerbitkan satu artikel stimulus dengan banner di halaman muka: “Kita Belum Menyaksikan Keadaan yang Terburuk”.

Sikap optimistis “The Wall Street Journal” ini, membangkitkan gairah orang untuk memperbaiki keadaan. Menemukan solusi, mengapa bisa kalah, mengapa bisa ambruk. Bagi orang-orang futuristik, selalu melihat ke depan. Jangan memandang ke belakang. Sesuatu yang telah berlalu. Tak berguna, karena masih ada harapan.

Boleh kita meng-adopsi pandangan positif dan realis Ilmuwan, atau ekonom. Mendiang ahli statistik Hans Rosling mengatakan, “Saya bukan seorang optimistis. Namun, saya adalah seorang posibilis.”

Sebenarnya, Hans Rosling nampaknya ingin memberi penegasan dan bergurau, sekalipun tidak optimis, namun peluang, atau kemungkinan yang diharapkan, bisa terjadi. Semacam eufimislah. Penghalusan diksi.

Apa yang dinarasikan oleh Hans Rosling, soal tidak optimistis. Namun ‘posibilis’, bisa menjadi spirit untuk meraih syarat lolos ke Olimpiade Paris (Perancis), Juli mendatang. Timnas Indonesia jangan hilang semangat, setelah kalah di semifinal. Syarat untuk meraih tempat ke-3, melawan yang kalah di semifinal lainnya: Jepang versus Irak. Di mana Irak kalah 0-2. Terbuka lebar.

Marselino Ferdinand dkk, dikalahkan oleh juara Piala Asia 2018 dan runner up 2022, Uzbekistan, dengan skor 0-2, pada 29 April malam. Indonesia versus Irak adalah roadmap alternatif lainnya, untuk mengejar mimpi menuju Paris. Hasil semifinal, melawan “White Wolves” semalam, anggap saja mimpi yang tertunda.

Jalan terbaik berlapang ada, mengubah harapan. Dari masuk final, menjadi mengejar peringkat ke-3 Piala Asia U 23, 2024. Tokh, target awal cukup masuk perempat final. Melangkah lebih jauh, semifinal. Satu pencapaian yang mestinya mustahil. Bersyukur!

Kita salut dengan para pemain. Juga Tim pelatih yang diketuai Shin Tae Yong. Keduanya telah bekerja maksimal. Mengalahkan raksasa: Australia, Yordania, dan Korea Selatan. Saya tidak ingin menilai teknis. Namun, dari permainan, Uzbekistan sedikit lebih Unggul dari Timnas Indonesia, terutama dalam mengatur ritme pertandingan. Bila mau jujur, kita harus sedikit lagi berbenah.

Semoga pada perebutan tempat ke-3, tanggal 2 Mei mendatang melawan Irak (Irak-Jepang: 0-2), Raffael Struick, striker yang memberi warna pada serangan Timnas Indonesia sudah bisa tampil. Akumulasi kartu kuning Raffaell membuat dia harus absen dalam semifinal semalam.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article