Jumat, April 26, 2024

Shalat gaib saat Covid-19 meluas

Must read

Oleh Eddy Herwanto

Sejak RW 02 Jagakarsa, Jakarta Selatan, ditetapkan sebagai daerah merah, warga yang terpapar Covid-19 cenderung bertambah dari hari ke hari. Sampai 25 Januari 2021, sudah 71 warga dari 13 RT aktif Covid-19, 16 dirawat di Wisma Atletik dan rumah sakit, 29 sembuh, selebihnya isolasi mandiri (isoman) di rumah. Sebuah papan sederhana yang memuat data itu ditempelkan di pos ronda ujung jalan agar bisa diperhatikan warga.

Seorang warga 80 tahun dengan komorbit jantung koroner yang dirawat di rumah sakit akhirnya meninggal. Tidak sampai sepekan pada 30 Januari kemudian seorang warga meninggal lagi, dan dimakamkan malam hari di Srengseng Sawah, Jakarta Selatan. Masjid Al Hidayah mengumumkan kematiannya, dan sehabis Isya diselenggarakan shalat gaib untuk almarhum.

Selama Januari (sampai tanggal 31), warga Kelurahan Jagakarsa yang meninggal tercatat 27 dengan 2 di antaranya dari RW 02. Dari seluruh DKI sudah 4.254 orang wafat – dengan kematian tertinggi terjadi di Kelurahan Kapuk 52 warga.

Wabah Covid-19 di kampung Jagakarsa menjadi salah satu gambaran penularan Covid-19 dari kluster perkantoran dan rumah tangga yang merebak dengan cepat. Sampai 31 Januari itu warga Jagakarsa yang aktif Covid-19 tercatat 199 (tertinggi di Kelurahan Sunter Jaya dengan 275).

Di seluruh Jakarta dari 23.595 pasien aktif Covid-19 sejumlah 3.056 masih dirawat di rumah sakit. Sedang sebagian besar, yakni 20.539 melakukan isolasi mandiri.

Dengan melihat kecepatan penularan dan tingginya kematian itu pantas Jakarta dibayangi kehabisan tempat perawatan pasien di rumah sakit, dan tempat pemakaman umum (TPU). Beberapa kali TPU Pondok Rangon dan Srengseng Sawah diperluas, tapi terasa tidak cukup untuk memakamkan pasien Covid-19 dan umum.

Bukan tak mungkin Jakarta akan kehabisan liang lahat baru TPU dengan melihat tingginya kematian dan penularan Covid-19

Jadi situasi Jakarta terbilang serius. Tanpa penegakan (hukum) regulasi protokol kesehatan dengan keras, tenaga kesehatan akan berguguran, kemudian rumah sakit hingga TPU akan collaps.

Sejak pertengahan Januari, warga yang terkonfirmasi Covid-19 rata-rata berada di atas 3.000, Desember 2020 baru 2.000 setiap harinya. Sementara angka nasional rata rata sudah di atas 10.000.

Untuk membangun kesadaran warga menjalankan prokes di sejumlah kampung Jakarta dibangun Kampung Tangguh Jaya. Tapi Tangguh Jaya hanya berhenti jadi slogan di ujung jalan kampung.

Pasalnya tahlilan kematian warga yang mengundang kerumunan masih terjadi; juga pengajian yang semula tidak memakai pengeras suara, kini tak malu lagi berpengeras suara. Kuliah subuh gabungan juga masih. Ustad, dan imam jarang mengenakan masker saat memimpin pengajian, shalat berjamaah, dan memberikan khotbah shalat Jum’at.

Mereka lupa telah menjadi penyebar droplet. Nihil keteladanan dari para pemimpin informal kampung. Perilaku tidak pro pada prokes itu pasti bakal menyebabkan Covid-19 sulit diturunkan, dan Pemprov DKI Jakarta bakal merogoh kantung lebih dalam lagi.

Tahun 2020 silam, anggaran untuk menangani pandemi Covid-19 Jakarta Rp10,77 triliun (Rp7,6 untuk jaring pengaman sosial, Rp2,67 triliun untuk penanganan kesehatan Covid-19, sisanya Rp500 miliar untuk menangani dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19).

Untuk tahun anggaran 2021, disediakan lebih besar: Rp3,2 triliun untuk pencegahan penyebaran Covid-19 dari APBD yang Rp84,19 triliun. Dari jumlah itu anggaran untuk vaksinasi dialokasikan Rp1,65 triliun, dan bantuan sosial tunai (BST) Rp1,55 triliun. Dengan anggaran sebesar itu, pemprov bekerja keras menurunkan pasien aktif dari angka harian menurun di bawah 3.000 orang.

Namun anggaran sebesar itu akan habis seperti abu jika di akar rumput tipis kesadaran mematuhi prokes. Perlu usaha keras dimotori aparat gubernur untuk mengendalikan penyebaran Covid-19 di Jakarta hingga ke tingkat Rukun Tetangga, dan melibatkan dewan kemakmuran masjid. Tak perlu terjadi lagi DKI menjadi penyumbang terbesar pasien aktif Covid-19 ke panggung nasional yang setiap harinya berada di atas 10.000 – dan mencapai 14.518 per 30 Januari.

Alhamdulilah 31 Januari lalu, papan kontrol Covid-19 RW 02 Jagakarsa menunjukkan perbaikan (lihat foto). Kerja keras membangun imunitas kelompok untuk menekan penyebaran Covid-19 telah dimulai 13 Januari dengan vaksinasi ke Presiden Joko Widodo. Pelbagai daerah kemudian menyusul melakukan vaksinasi. Vaksin bukan obat. Sekalipun sudah divaksin, prokes ketat tetap perlu dijalankan.

Harapannya, satgas di setiap Kampung Tangguh Jaya, akan menuliskan angka pasien aktif yang terus menurun setiap harinya. Jamaah masjid tidak lagi perlu mendengar pengumuman siapa yang meninggal hari itu, dan harus menyelenggarakan shalat gaib sehabis maghrib atau isya malam-malam mengiringi pemakaman korban.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article