Jumat, April 26, 2024

1977: Bukan hanya ‘Badai Pasti Berlalu’

Must read

Oleh Purwanto Setiadi

Perubahan selalu akan dikaitkan dengan pemicunya, sesuatu yang membelokkan arah dari keseragaman dan klise menuju hal baru yang lebih menggairahkan.

Dalam lanskap musik pop indonesia, sesuatu itu lazim dilihat muncul pada 1977 — karena pada tahun inilah karya-karya yang menyimpang dari masanya dirilis dan sukses.

Jika harus mengenang tahun itu, saya ingin menyimpang dari Badai Pasti Berlalu atau Lomba Cipta Lagu Remaja 1977 yang senantiasa disebut, yang memang berhasil secara komersial; sengaja saya mau menyegarkan ingatan kepada Jurang Pemisah. Album ini memang kalah populer tapi secara estetika berada di tataran yang sekurang-kurangnya sama.

Album Jurang Pemisah, dari segi penataan musik, merupakan garapan Yockie Suryo Prayogo, berkolaborasi dengan Chrisye. Kala itu, sebagai vokalis, Chrisye baru saja sukses dengan Lilin Lilin Kecil (melalui album kompilasi Lomba Cipta Lagu Remaja 1977). menyanyikan hampir semua lagu di dalamnya, boleh dibilang ini sebetulnya album pertama Chrisye.

Memang begitulah semula niatnya. Dalam memoarnya, Chrisye menuturkan jurang pemisah bermula dari ajakan Pramaqua, sebuah label hasil kerja sama antara Prambors Rasisonia dan Aquarius. Kepadanya ditawarkan kesempatan untuk membuat album debut.

Selain Yockie, dua musikus lain yang kemudian ikut mendukung — masing-masing bermain drum dan gitar di tiga lagu — adalah Teddy Sujaya dan Ian Antono. James F. Sundah, yang mulai dikenal berkat karyanya, Lilin Lilin Kecil, ikut menyumbangkan karya.

Berbeda dengan Badai Pasti Berlalu dan Lomba Cipta Lagu Remaja 1977, lagu-lagu dalam Jurang Pemisah bertemakan, meminjam kata-kata Yockie suatu kali, “potret realitas sosial”. pilihan muatan lirik-liriknya — tentang diskriminasi kelompok sosial, masalah lingkungan, isu politik — hingga saat itu masih terhitung tak lazim (Harry Roesli lebih dulu bermain tamsil tentang realitas sosial dengan malaria dan peacock dog pada 1973).

Memang, tak ada protes verbal di dalamnya. Tapi, betapapun subtilnya, pendengar yang peka pasti bisa merasakan ada gerundelan atau suara miring tentang kehidupan sehari-hari. Toh label memberi lampu hijau.

Barangkali karena syair yang tanpa “berteriak” itulah Jurang Pemisah tak pernah terbentur masalah (di masa Orde Baru kala itu sungguh tak mudah sebetulnya mengekspresikan “kritik”, termasuk dalam karya seni). Yang justru menjadi halangan, diakui atau tidak, adalah penerimaannya yang seret di pasar. 

Tak diketahui kausa pastinya, apakah karena radio-radio enggan memutar lagu pilihan (single) yang dibagikan kepada mereka — yakni jurang pemisah — tersebab oleh muatan syairnya atau karena pendengar menganggapnya terlalu “berat”.

Yang jelas, setelah sempat menunda, dan disalip oleh badai pasti berlalu yang dikerjakan lebih belakangan (melibatkan Yockie juga), akhirnya label merilis albumnya, dan segera pula ia tenggelam. Chrisye menyebut penjualannya “hangat-hangat tahi ayam”.

Tetapi, seperti terjadi di mana pun, sebuah karya yang memang tak dibuat asal-asalan selalu mengandung keanjalan pada dirinya. Laksana bola yang secara paksa dibenamkan ke dalam air, kemampuannya untuk membal, mengapung lagi, tak bisa dihilangkan. Bertahun-tahun kemudian ia termasuk album yang dicari lagi — dan karenanya sempat dirilis ulang.

Jika dilihat berdasarkan lini masa karier Yockie, jurang pemisah bisa tampak sebagai “cetak biru” bagi kelanjutan kerja samanya dengan Chrisye. Pengaruh pemain-pemain keyboard seperti Rick Wakeman, Jon Lord, dan Tony Banks merasuk ke dalam formula aransemen lagu-lagu yang dihasilkan; pengaruh ini membubuhkan elemen orkestra atau simfoni.

Faktor ini dikukuhkan dengan penggunaan progresi akor yang tak sempit (berbeda dengan kebanyakan lagu-lagu pop kala itu; tiga jurus, istilahnya) dan lirik yang imajinatif.

Sebetulnya, Yockie juga menggunakan hal yang sama saat ikut menggarap Lomba Cipta Lagu Remaja 1977 dan Badai Pasti Berlalu. adanya pencapaian yang berbeda memang terkesan aneh.

Karenanya, saya lebih percaya, seperti album-album lain dalam sejarah musik yang secara komersial gagal walau sebetulnya bermutu, Jurang Pemisah adalah karya yang hadir pada waktu yang salah.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article