Kamis, Mei 2, 2024

Corona, seberapa siap Indonesia?

Must read

Kolom Farid Gaban

Data mutakhir (real-time tracking) menunjukkan: jumlah orang terjangkit virus Wuhan telah mencapai lebih 30.000 dan membunuh 600 orang di China saja.  Jumlah itu meningkat secara eksponensial, dan kini menyebar ke 27 negara. 

Meski tingkat mortalitas (kematian setelah terjangkit) rendah, virus Wuhan menyebar jauh lebih cepat dari SARS pada 2003. Di China, Virus SARS menjangkiti 8.000 orang dalam kurun waktu tiga bulan lebih; sementara Virus Wuhan menjangkiti 30.000 orang lebih hanya dalam tempo sebulan.

Indonesia layak bersyukur, setidaknya untuk sementara. Meski beberapa negara ASEAN lain telah mengkonfirmasi penularan itu, belum satupun ditemukan di Indonesia.  Sejauh ini, hanya Indonesia bersama Myanmar, Laos dan Brunei yang belum melaporkan adanya penderita Virus Wuhan. 

Tapi, pekan ini WHO mengingatkan agar Indonesia lebih ketat memantau penyebaran virus ini serta tidak berpuas diri. Sebab, sekali masuk, penyebaran virus di Indonesia bisa cukup besar mengingat jumlah penduduknya terbesar di ASEAN. 

Lemahnya Sistem Kesehatan

Kesiapan negeri kita menghadapi wabah luas virus ini layak diragukan. Laporan Human Development Report 2019 (terbit Desember lalu) menunjukkan lemahnya sistem kesehatan Indonesia. Di ASEAN, kita ada di papan bawah bersama Laos, Myanmar dan Kamboja, dalam hampir semua indikator kualitas kesehatan dan sistem layanan kesehatannya. 

Jumlah Dokter Sedikit

Jumlah dokter kita sangat sedikit. Rasio dokter per 10.000 penduduk hanya lebih baik dari Laos. Di samping penyebaran dokter tidak merata (menumpuk di kota-kota besar), kualitas pendidikan dokter juga mengkhawatirkan. Dalam beberapa tahun terakhir universitas-universitas kecil di tingkat kabupaten pun membuka fakultas kedokteran, terutama untuk tujuan profit. 

Baik jumlah maupun kualitas fasilitas dan peralatan kesehatan juga agak menyedihkan. 

Fasilitas Pencegahan dan Pengobatan Kurang

Rasio jumlah bed rumah sakit per 10.000 penduduk lebih rendah dari Laos. Itu baru indikator dasar (tempat rawat), belum bicara kualitas alat deteksi dan pengobatan, yang sangat menentukan kemampuan menangani wabah. 

Malaria & TBC pun Masih Banyak

Berbicara wabah, Indonesia juga terbukti masih lemah dalam menangani malaria dan TBC. Penderita kedua penyakit itu per 1.000 penduduk di Indonesia cukup besar. Lebih buruk dari Myanmar dan Laos. 

Wabah mudah menular jika daya tahan warga lemah. Salah satunya ditentukan oleh kualitas gizi dan nutrisi. Ini juga bukan kabar baik buat Indonesia. 

Malnutrisi

Jumlah penderita stunting/malnutrisi di kalangan balita kita relatif tinggi, hanya lebih baik dari Laos. Prosentasi stunting balita kita pada 2018 sekitar 30%, membaik dari tahun-tahun sebelumnya (rata-rata 2010-2018 mencapai 36%). Tapi, ini masih jauh di ambang batas WHO yang cuma 5%. 

Kalah dari Srilanka

Dalam hampir semua indikator kesehatan, Indonesia lebih buruk dari Srilanka (negeri miskin di luar ASEAN). 

Rendahnya Kepedulian

Salah satu faktor buruknya kualitas dan layanan kesehatan di Indonesia adalah rendahnya kepedulian pemerintah. Anggaran publik (APBN) kita untuk kesehatan salah satu yang paling rendah di ASEAN, hanya 3,1% dari GDP. Indonesia hanya lebih baik dari Laos dan Brunei. 

Kenaikan iuran BPJS belum lama ini mencerminkan makin rendahnya kepedulian pemerintah: mengurangi porsi anggaran publik, membebani warga negara lebih besar. 

Pemerintahan Jokowi dalam periode pertama terobsesi dengan infrastruktur fisik. Pada periode kedua berambisi membuat beberapa proyek mercusuar lain, termasuk membangun ibukota negara (yang lebih hebat dari Dubai, katanya). Tapi, lupa menengok layanan paling dasar: kesehatan warganya. 

Harus Banyak Berdoa

Kita tidak berharap virus Wuhan masuk ke sini. Tapi, kalau terjadi, kita layak kuatir kesiapan pemerintah mengatasinya. Seperti saran Menteri Kesehatan, sebaiknya kita memang lebih banyak berdoa.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article