Senin, April 29, 2024

Eufemisme dan jargon

Must read

Oleh Farid Gaban

Bangsa kita suka akan eufemisme dan jargon. Itu sebabnya kaget ketika mendengar kata bajingan, begal dan rampok.

Eufemisme dan jargon alat efektif menyembunyikan motif dan kebohongan. Kesukaan membuat jargon salah satu ciri sistem yang korup dan tidak demokratis.

Kata-kata sulit mencegah masyarakat memahami masalah substantif untuk bisa berpartisipasi dalam kebijakan publik.

Ada kecenderungan luar biasa sekarang ini untuk memakai bahasa yang makin rumit dan abstrak, ketimbang bahasa sehari-hari yang kongkret dan bisa dipahami orang banyak.

Itu sebabnya alih-alih memakai ”sekolah ditutup” kita cenderung mengatakan “kegiatan belajar mengajar dihentikan”.

Kita lebih suka menulis ”infrastruktur transportasi terdegradasi” ketimbang ”jalan dan jembatan rusak”; atau menulis ”stasiun pengisian bahan bakar untuk umum” ketimbang ”pompa bensin”.

Kita bahkan makin terbiasa mengatakan orang miskin ”mengkonsumsi” nasi aking, bukannya ”makan”.

Siapa pula yang paham ketika Menteri Keuangan mengatakan ”obligasi rekap” dan Menteri Energi mengatakan ”harga keekonomian”?

Padahal, kewajiban menteri adalah menjelaskan kebijakan pemerintah sejelas-jelasnya kepada seluruh rakyat, orang-orang di pasar, petani dan nelayan.

Pemakaian jargon berjalan seiring dengan sikap tidak transparan, elitis dan korup.

Polisi, seperti juga tentara, adalah lembaga yang cenderung tidak transparan sejak dulu, serta gemar menyelewengkan makna. Ketika seorang pejabat kepolisian mengatakan ”pencuri diamankan”, kita tahu dalam banyak kasus itu artinya ”diinterogasi, dipukuli dan disundut rokok”.

Polisi juga paling keranjingan jargon, yang dikombinasikan dengan akronim, seperti kata ”curat” (pencurian dengan pemberatan) dan ”curas” (pencurian dengan kekerasan), misalnya. Di pasar orang hanya paham kata: mencuri, mencopet, dan merampok.

Sama sekali tidak jelas pula bagi orang di pasar ketika polisi mengatakan ”tersangka di-DPO-kan”.

Kerusakan makin parah karena banyak wartawan lupa pada salah satu tugas pentingnya, yakni mencari kejelasan dari kekaburan.

Mereka terbiasa menyerah pada pernyataan kabur, seperti ketika polisi mengatakan ”kami sedang mengembangkan kasusnya.” Apa yang polisi maksud ”mengembangkan kasus”? Mengumpulkan bukti kah, mencari tersangka, melakukan otopsi?

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article