Senin, Mei 20, 2024

Seniman peserta Temu Seni pentaskan karya di Benteng Rotterdam, Makassar

Must read

Kemudian ada pementasan dari Jong Santiasa Putra, Syska La Veggie dengan pementasan berjudul Rajah Surya, Rizky Wahyu Fatin dengan komposisi berjudul Body Ketchup dan penampil terakhir yaitu Monica Hapsari dengan karya berjudul Relik. 

Seniman muda Monica Hapsari menjelaskan bahwa Relik adalah sebuah bahasan fenomena yang salah satu inspirasinya dari Candi Dieng ada Watukelir di mana tembok-tembok mengeluarkan bunyi-bunyian khas yang mungkin sumber bunyi dari batu-batuan. 

“Saya juga seorang musisi, oleh karena itu saya ingin mengelola suara, sebagai media purba, instrumen tertua. Suara menurut saya punya efek yang besar. Di momen-momen kunjungan saya mendapatkan makna ada konektivitas yang kuat dari jaman masa lampau dan sekarang dari suara ini. Intinya saya mengambil sebuah lokasi di Benteng Rotterdam ini dan ingin mendengar dan mengambil suara-suara yang tersimpan oleh tempat tersebut.”

Sementara itu, Rachmat Hidayat Mustakim menjelaskan bahwa karyanya yang dipentaskan diilhami oleh situs-situs sejarah terutama yang ditemui di Maros, Pangkep dan Makassar dengan melakukan reaksi dengan kerongkongan dan rahang, dari situ mengasumsi proses terbentuknya aksara.

Seniman muda Laila Putri Wartawati dengan pementasan yang berjudul Berkelindan mengambil inspirasi dari 20 situs-situs sejarah di Indonesia, lalu mengambil pementasan 20 seniman-seniman muda yang akan saya “jahit” seperti membaca peta Indonesia. Jarak yang ada saya ibaratkan dengan jarak satu performer ke satu performer lainnya tanpa suatu narasi. Narasi akan terbentuk dari pementasan para seniman dan berbentuk reaksi dan respons melalui instruksi yang ditinggalkan lewat jejak pementas lainnya.  

Mengawali momen pementasan karya Performans, ajang Temu Seni menggelar sebuah diskusi publik bertajuk “Ruang dan Waktu dalam Alam Kosmos” menghadirkan seorang astrofisikawan, Dra. Premana W. Permadi, Ph.D., dan seorang sutradara dan akademisi dari Makassar, Dr. Asia Ramli, M.Pd. Dr. Premana Wardayanti Premadi Ph.D. adalah Ahli Astrofisika dan Kepala Observatorium Bosscha, lulusan Astronomi Institut Teknologi Bandung dan mengambil program doktoral di Texas, Amerika Serikat. 

Premana dikenal sebagai astrofisikawan perempuan pertama yang memimpin observatorium terbesar di Indonesia. Sementara itu, Asia Ramli yang lebih dikenal dengan nama Ram Prapanca adalah ketua Teater Kita Makassar, sebuah kelompok teater yang didirikannya bersama sejumlah seniman lintas disiplin pada 1 Oktober 1993. Ram menyutradarai sejumlah pertunjukan teater yang bersifat kolaboratif di berbagai ruang. Berkat kiprahnya, ia meraih Celebes Awards dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan di tahun 2002. Saat ini bekerja sebagai dosen di Universitas Negeri Makassar.

20 seniman performans muda Indonesia yang turut serta dalam Temu Seni antara lain adalah; Abdi Karya, Anak Agung Putu Santiasa Putra, Arsita Iswardhani, Dimas Dapeng Mahendra, Dimas Eka Prasinggih, Fajar Susanto, Laila Putri Wartawati, Linda Tagie, Monica Hapsari, Prashasti Wilujeng Putri, Rachmat Hidayat Mustamin, Ragil Dwi Putra, Ratu Rizkitasari Saraswati, Ridwan Rau Rau, Rizal Sofyan, Rizky, Wahyu Fathin, Sasqia Ardelianca, Syskaliana, Taufiqurrahman dan Theo Nugraha.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article