Sabtu, Mei 4, 2024

Tantangan pembelajaran online

Must read

Program literasi digital yang digagas Kominfo RI di Kota Semarang, 21 Juni 2021, kali ini mengusung tema “Literasi Digital untuk Pendidikan Online”. Tema tersebut sesuai dengan dinamika yang terjadi di dunia pendidikan, sejak pagebluk datang menyerbu.

Ali Formen, dosen PGPAUD Universitas Negeri Semarang turut hadir sebagai pemateri webinar. Ia memaparkan materinya dengan runtut dan sistematis selama hampir 25 menit. Dalam kesempatan itu, Ali Formen lebih banyak membahas mengenai tantangan dan isu-isu etis pembelajaran online.

Menurutnya, pembelajaran online merupakan keniscayaan. Apalagi di masa pandemi, di mana aktivitas tatap muka telah dibatasi. Sehingga, pembelajaran online bagi dunia pendidikan merupakan sesuatu yang baru dan tak lazim.

Kendati demikian, pembelajaran online dibutuhkan sebagai bentuk adaptasi baru, sehingga proses pendidikan dapat menjangkau siswa dari tempat yang jauh.

“Tapi, teknologi berkontribusi pada kesenjangan mutu baru. COVID-19 menciptakan “kesenjangan digital baru yang akan memperdalam jurang dalam masyarakat kita” tegasnya.

Hal inilah, menurut Ali Formen, yang menjadi tantangan dalam pembelajaran online. Ali menyebutkan pembelajaran merepresentasikan rejim pengetahuan

tertentu. Pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran online bisa tidak terbatas. Dan fleksibilitas presentasinya membuat pengetahuan “pinggiran” mungkin kian tersisih.

Menurutnya, pembelajaran online mengandalkan teknologi digital dan data. Sehingga, penting bagi pendidik maupun siswa untuk memahami bagaimana menggunakan teknologi digital secara etis.

Mengapa sikap etis di platform digital diperlukan? Karena teknologi digital menghubungkan antar warga belajar secara cair dengan keterlibatan emosi yang

tidak dapat diprediksi secara pasti.

“Teknologi digital membuat warga belajar setara. Sehingga penting untuk memahami keberadaan orang lain didunia maya,”ujar Ali.

Ali juga mengingatkan agar pengguna digital menaati standar perilaku online yang sama dengan yang dijalani dalam kehidupan nyata.

“Jangan melakukan hal-hal yang dapat merugikan para pengguna internet lainnya. Bentuklah citra diri yang positif. Hormati privasi orang lain. Berikan saran atau komentar yang baik. Tidak melakukan seruan atau ajakan-ajakan yang sifatnya tidak baik. Apalagi sampai menyebarkan Berita Hoaks atau berita bohong dan palsu,”jelasnya.

Materi yang disampaikan Ali Formen begitu menarik. Sehingga tak terasa waktu berlalu dengan cepat. Sehingga, Nabila Najib, seorang presenter TV yang memandu acara webinar itu sampai mengingatkan Ali untuk segera mengakhiri sesi paparannya. Karena masih ada beberapa pembicara lain yang juga akan berbagi pengetahuan dan pengalaman kepada peserta webinar.

Adi Wibowo, praktisi pendidikan asal Kota Semarang, yang tampil sebagai pemateri kedua tak kalah menarik dan penuh semangat. Ia mengawali paparannya dengan menyapa para peserta webinar dan juga pemateri lainnya, seperti Haswan Moris Muda Harahap, Dosen Vokasi Institu STIAMI Jakarta dan Yuni Wahyuning praktisi pendidikan.

Dalam kesempatan itu, Adi lebih banyak berbicara tentang “internet sehat”.

“Internet sehat itu poinnya adalah bagaimana menggunakan internet secara bijak dan sesuai dengan etika atau norma yang berlaku, tanpa membahayakan

keamanan diri sendiri ataupun orang lain,”katanya, mengawali paparan.

Sembari mengumbar senyum, Adi Wibowo menjelaskan pentingnya internet sehat justru untuk melindungi diri sendiri serta orang lain dari kemungkinan bahaya atau risiko di dunia online. Contoh bahaya yang dimaksud, kata dia, di antaranya pencurian data atau informasi pribadi, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, dan lain sebagainya.

“Sehingga sikap sehat di internet dapat membuat privasi dan informasi pribadi kita terjaga keamanannya. Kemudian manfaat lainnya adalah meminimalisasi tindakan pembajakan akun, membuat manusia lebih nyaman dalam mengakses informasi dan menghindari tindakan cyber bullying yang sudah sangat meresahkan,”jelasnya.

Adi Wibowo kemudian membagikan tips bagaimana melakukan internet sehat, utamanya bagi para siswa maupun pendidik. Pertama, lakukan logout setelah masuk ke jejaring media sosial atau akun pribadi. Kedua, mengaktifkan pengaturan privasi keamanan tambahan di akun pribadi.

“Contohnya mengaktifkan mode ‘two-steps verification’”katanya.

Ketiga membuat susunan password yang rumit dan kuat. Selain itu, rutinlah mengganti password, misalnya sebulan sekali. Keempat menjelajahi informasi di internet dengan aman. Bukalah situs yang telah dipercaya. Kelima menghapus history penelusuran internet. Terakhir meminimalisasi penggunaan free wifi.

“Artinya jika tidak mendesak jangan terlalu sering menggunakan wifi gratis,”ujarnya.

Masing-masing pembicara memaparkan materinya sekitar 25 menit. Diakhir sesi, para peserta webinar berkesempatan mendengarkan pengalaman Sony Ismail, seorang musisi yang telah melalang buana di media sosial, yang tampil sebagai Key Opinion Leader. Webinar kemudian ditutup dengan sesi tanya jawab. Peserta bertanya pembicara menjawab.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article