Jumat, Mei 17, 2024

Budaya Organisasi vs Bos Songong

Must read

Mengelola pelbagai belief dengan bijak perlu didampingi kemampuan mengendalikan dan mewaspadai diri sendiri secara cerdas. Kevin Fleming Ph.D, salah seorang thought-leader dalam corporate psychology, mengingatkan, “Our brains as leaders are hardwired to survive, save face, and make us feel that we’re right. But being right and being wise are very different things, with dramatically different outcomes.”

Budaya organisasi merupakan competitive advantage yang bisa bertahan lama, lasting sustainable advantage, kata Jack Welch, 20 tahun CEO GE.

Kenyataannya memang demikian. Hasil survei memperlihatkan, organizational culture merupakan faktor tunggal terbesar, yaitu 35%, bagi kinerja usaha, terbaca pada: Profit & Lost; Balance Sheet; People Engagement.

Pengaruh lainnya, 65%, merupakan gabungan dari lima atau lebih faktor lain, seperti hak cipta, brand yang kuat, regulasi, situasi pasar, permodalan.

Harap ingat: organizational culture 50-70% dipengaruhi oleh perilaku kepemimpinan para eksekutif (hasil survei KornFery/ Hay Group, lembaga konsultan pengembangan SDM/human capital yang berdiri sejak 1940-an).

Artinya, untuk membangun atau mengubah budaya perusahaan perlu didahului atau minimal diiringi oleh perubahan perilaku kepemimpinan para eksekutif, dari yunior manajer sampai CEO.

Sure, the process must begin at the top,” kata Marshall Goldsmith, #1 executive coach di dunia, memberi konfirmasi saat ditanyakan perihal niat suatu organisasi mengembangkan budaya seiring pergantian manajemen.

Leadership team perlu memberikan komitmen penuh untuk mendefinisikan dan menghidupkan nilai-nilai perusahaan dalam kegiatan sehari-hari. Tentu perlu proses, upaya, dan waktu, serta genuine reflection, apa tujuan mulia perusahaan selain mengejar profit.

Pelbagai survei up to date dari lembaga lain yang kredibel, di antaranya McKinsey, membuktikan hasil survei Korn Ferry/Hay Group tersebut di atas: “Companies with healthy cultures have three times greater total returns to shareholders.” Sebaliknya: “70 percent of transformation fail, largely due to people – and culture – related challenges.”

Kenapa sampai CEO mesti perlu berubah juga?

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article