Selasa, April 30, 2024

Joko Widodo lengser secara busuk

Must read

Editorial The Economist, 8 Februari 2024

Joko Widodo meninggalkan kursi kepresidenan Indonesia dengan cara yang busuk dibandingkan saat ia memasukinya. Satu dekade yang lalu, mantan penjual furnitur, yang dikenal sebagai Jokowi itu, meraih kekuasaan dengan janji untuk menentang para elit yang telah mengatur negara demokrasi terbesar ketiga di dunia sejak jatuhnya diktator Suharto pada tahun 1998. Namun alih-alih mengalahkan kekuasaan, broker, Jokowi telah bergabung dengan mereka.

Menjelang pemilu yang dijadwalkan pada tanggal 14 Februari, presiden yang akan segera lengser ini memberikan dukungannya pada Prabowo Subianto, mantan jenderal dan menantu Suharto, yang memiliki catatan hak asasi manusia yang buruk dan memilik sikap ambivalensi terhadap demokrasi.

Putra tertua Jokowi adalah pasangan calon wakil presiden Prabowo—atas izin saudara ipar Jokowi, sebagai ketua pengadilan tertinggi di Indonesia, mencabut batasan usia yang menghalangi keponakannya yang berusia 36 tahun untuk dicalonkan.

Dukungan Jokowi telah menjadikan Prabowo sebagai favorit untuk memenangkan kursi kepresidenan pada upayanya yang ketiga (ia kalah dalam pemilu pada tahun 2014 dan 2019, kemudian secara keliru mengklaim bahwa pemilu tersebut dicurangi).

Saingan utamanya, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo, keduanya mantan gubernur yang kompeten, mengklaim aksi unjuk rasa mereka telah diganggu atau dibatalkan oleh antek antek pejabat . Hal ini merupakan pertanda yang mengkhawatirkan bagi Indonesia, dan merupakan akhir yang tidak layak bagi masa jabatan Jokowi.

Meskipun Jokowi tidak melihat pertumbuhan pesat yang dijanjikannya, pengelolaan ekonomi yang dilakukannya telah membantu menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan kinerja ekonomi baik dalam beberapa tahun terakhir.

Kerentanannya terhadap penguatan dolar dan pergeseran aliran modal global pernah menjadikan negara ini anggota dari “Fragile Five” pasar negara berkembang.

Berkat pengelolaan yang hati-hati, keuangan publik menjadi lebih baik dan perekonomian menjadi lebih stabil. Indonesia telah tumbuh sekitar 5% per tahun dengan cukup konsisten. Infrastruktur telah dirombak, dengan penambahan ribuan mil jalan raya dan kereta api.

Paket reformasi yang disahkan tahun lalu meringankan pembatasan investasi asing. Dengan mendesak perusahaan-perusahaan untuk mengolah nikel di dalam negeri, Jokowi telah mendukung pengembangan industri yang menyumbang setengah produksi dunia.

Tata kelola yang lebih baik telah berkontribusi, antara lain, terhadap penurunan deforestasi yang merajalela yang telah lama menjadikan Indonesia salah satu penghasil emisi gas rumah kaca terbesar.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article