Senin, April 29, 2024

Kebrutalan Israel justru bisa menjadi lonceng keruntuhannya

Must read

Oleh: Haidar Bagir

Mitt Romney, mantan senator yang pernah menjadi cawapres AS, pernah menyatakan: “(Untuk menyelesaikan masalah Palestina) kita hanya perlu menendang kaleng ke pinggir jalan.” Yang dimaksud kaleng itu tentunya orang/bangsa Palestina.

Memang, para pimpinan Israel dan Barat sempat berpikir bahwa, berurusan dengan masalah Palestina dengan mempertimbangkan kemauan orang Palestina sendiri tidaklah penting. Toh mereka tak punya daya upaya. Cukup kerja sama dengan negara-negara kaya di Timteng saja.

Nantinya kalau sudah terjadi trickle down (tetesan ke bawah) kemakmuran atas bangsa Palestina, semuanya akan beres dengan sendirinya. Dengan kata lain, tuntutan orang Palestina akan reda dengan sendirinya.

Kejadian serangan kilat Hamas ke wilayah Israel yang begitu canggih pada 7 Oktober lalu hanya menunjukkan bahwa policy menyampingkan orang Palestina ini telah gagal. Orang Palestina ternyata bukan cuma kaleng di tengah jalan. Mereka adalah makhluk hidup yang punya daya hidup dan kekuatan, sehingga justru melawan dengan hebat ketika ditendang.

Itulah analisis Juan Cole, yang bukunya berjudul Peace Movements (edisi Indonesia diterbitkan Bentang), beberapa hari lalu didiskusikan di Teras Bentang, Yogyakarta. (Sebelumnya, Juan Cole dikenal sebagai penulis buku, Muhammad. The Prophet of Peace Amid the Clash of Empires).

Meski mempromosikan perdamaian, dalam berbagai tulisannya di websitenya yang bernama Informed Content, Cole banyak mengecam policy Israel yang menindas dengan melakukan pencaplokan wilayah Palestina secara sewenang-wenang.

Langkah Israel dengan melakukan retaliasi yang brutal dan melabrak semua hukum internasional – yang memang sudah biasa dilakukannya terhadap berbagai kesepakatan internasional (baca: berbagai resolusi PBB sepanjang puluhan tahun) – atas Gaza, diduga juga tak akan membantu harapan Israel untuk keamanan negerinya.

Di antaranya, blokade total dan penghancuran warga serta fasilitas sipil – termasuk air dan listrik – tanpa diskriminasi, di Gaza. Dengan dalih yang tak masuk akal, yakni bahwa semua warga sipil Gaza adalah bagian dari “gerakan terorisme” Hamas. Padahal setidaknya ada sejumlah 40% anak di Gaza.

Belum lagi perempuan, lansia, dan orang-orang sakit. Kenyataannya, sampai hari ini, sekitar separuh dari lebih 10 ribu korban genosida Israel atas warga Gaza terdiri dari anak-anak.

Dan hal ini hanya menambah buruk catatan ulah blokade Israel atas wilayah ini sebelumnya, yang mengakibatkan 70 persen warga muda Gaza tak punya pekerjaan, hanya 4 % air yang layak minum, serta aliran listrik yang menyala hanya beberapa jam setiap harinya di wilayah ini.

Belum lagi sejarah panjang, pengusiran dan penindasan – yang tak jarang diwarnai pembunuhan – warga Palestina di berbagai wilayah Palestina lainnya Tercatat, di tahun ini saja, sampai bulan Agustus, sudah terjadi pembunuhan 200 warga Palestina.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article