Jumat, Mei 10, 2024

Meretas jalan baru

Must read

Mengikuti Schumacher, kita harus menolak praktek “produksi massal” (mass production) skala besar yang seragam. Sebaliknya mendukung “produksi oleh rakyat” (production by mass) yang menghormati keragaman.

Artinya memberdayakan petani/nelayan kecil (family farming), bukan membangun pertanian skala besar seperti Food Estate yang padat modal, padat pupuk kimia dan cenderung pada monokultur yang mengabaikan keragaman hayati.

(4) INDUSTRI RAMAH LINGKUNGAN.

Kita perlu meninggalkan pembangunan yang berfokus pada agregat pertumbuhan (GDP).

Kita harus membuat pembedaan antar sektor, lalu memilih mendorong pertumbuhan sektor-sektor publik yang penting dalam konteks berkelanjutan: clean energy, pendidikan, kesehatan, ekologi.

Sebaliknya menghentikan secara radikal tumbuhnya sektor-sektor yang tidak berkelanjutan, sektor-sektor yang cenderung mendorong konsumsi berlebihan (periklanan misalnya) atau berbahaya bagi ekologi seperti pertambangan.

Salah satu kelemahan kita selama ini adalah melihat sumber daya alam terbatas hanya pada minyak-gas dan tambang (emas, nikel, batubara dan pasir) yang alih-alih mensejahterakan justru menimbulkan banyak konflik.

Bahkan hutan hanya kita lihat kayunya, untuk dieksploitasi dengan cara menggundulinya, seperti yang sudah terjadi di Sumatra dan Kalimantan.

Potensi alam kita di luar sektor pertambangan masih sangat luas. Indonesia adalah salah satu megadiversity dunia; negeri dengan keragaman hayati terbesar. Jika Amerika itu superpower politik/militer; Indonesia adalah superpower keragaman hayati.

Beberapa tahun lalu, Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia menerbitkan buku kecil “Sains untuk Biodiversitas Indonesia”. Intinya bagaimana membangun kesejahteraan bangsa lewat keragaman hayati.

Hutan kita dihuni oleh ribuan jenis tanaman dan satwa; yang sebagian merupakan sumber ekonomi secara langsung (dalam bentuk pangan).

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article