Kamis, Mei 2, 2024

Para pembunuh kaki

Must read

Beberapa abad lalu, Li Ju-chen menciptakan sebuah China yang jungkir balik. novelnya, Bunga-bunga dalam Cermin, mengambil tempat di sebuah negeri perempuan, tempat perempuan berkuasa. Dalam cerita itu, perempuan adalah lelaki, dan lelaki adalah perempuan. Para lelaki, yang diwajibkan memuaskan para perempuan, harus menjalankan berbagai jenis kerja pelayanan. 

Di antara penghinaan yang ditimpakan adalah bahwa telapak kaki para lelaki harus dikerdilkan. Tak seorang pun menganggap serius khayalan dalam karangan itu. Semua tetap berjalan sebagaimana adanya, laki-laki tetap membebat telapak kaki perempuan sampai bentuknya menyerupai kaki kambing. 

Selama lebih dari seribu tahun, bahkan sampai abad duapuluh, ukuran kecantikan anak gadis adalah jika telapak kakinya kerdil. Cinderella pertama versi China, ditulis di China pada abad kesembilan tahun China, memberikan raut susastra bagi pemujaan lelaki atas telapak kaki kerdil perempuan; pada waktu yang sama sekitar satu dua tahun setelahnya, tradisi membebat telapak kaki anak bayi perempuan mulai mengakar. 

Kebiasaan itu bukanlah sekadar ideal estetika. Kaki yang dibebat juga ikatan: kaki kerdil itu adalah tameng keutamaan. Mencegah perempuan berjalan bebas dan leluasa akan mencegah tindakan dan ketak-senonohan yang bisa merusak kehormatan keluarga.

Mirrors

Eduardo Galeano

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article