Jumat, Mei 3, 2024

Sarasehan dan Napak Tilas di Temu Seni Tari

Must read

18 koreografer muda dikenalkan dengan sejarah, seni dan budaya Gunung Kawi

Rangkaian awal program Temu Seni Tari di Bali menghelat Napak Tilas dan Sarasehan tentang situs cagar budaya Gunung Kawi yang memberikan kesempatan baik bagi 18 koreografer peserta Temu Seni Tari di Bali untuk menyaksikan, mengenal dan memahami tentang sejarah, seni dan budaya Gunung Kawi.

Peserta Temu Seni juga memulai sesi Laboratorium Seni dimana dipraktikkan secara organik dan terbuka serta mengangkat tema sesuai dengan apa yang dipilih melalui kesepakatan bersama melalui diskusi-diskusi terfokus.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan menggelar Temu Seni yang berlangsung di kota Ubud, Gianyar Bali 18-24 Juli 2022.

18 koreografer muda yang memiliki beragam latar genre dan berasal dari berbagai tempat di Indonesia hadir di Ubud untuk turut serta dalam Temu Seni, sebuah ajang silaturahmi, apresiasi dan jejaring seni tari sekaligus memperkenalkan dan menambah gaung Indonesia Bertutur 2022 di daerah cagar budaya di Indonesia. 

Kegiatan Temu Seni ini merupakan salah satu rangkaian dari Festival Mega Event Indonesia Bertutur 2022 yang dihelat menjadi bagian dari perhelatan akbar Pertemuan Menteri-Menteri Kebudayaan G20 (G20 Ministerial Meeting on Culture) dimana akan dilaksanakan di Kawasan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah pada September mendatang. 

Kurator seni rupa dan narasumber Temu Seni, I Made Susanta Dwitanaya menyampaikan, “Napak Tilas Gunung Kawi dirancang untuk mengajak koreografer muda mengenal bentuk, nama dan fungsi candi-candi yang ada di situs ini, sehingga mereka bisa meyerap vibrasi dan rasa dari masa lampau yang bisa menjadi sumber kekaryaan mereka.”

“Sesaat setelah napak tilas, saya melihat beberapa peserta bahkan sudah mulai bisa menari dan mengolah tubuh mereka di Candi Lima, sepertinya vibrasi dan suasana hening di Gunung Kawi benar-benar menginsiprasi mereka.”

Sementara itu sastrawan dan narasumber Temu Seni, Ketut Eriadi Ariana dalam sesi Sarasehan memaparkan bahwa sebagai sebuah cagar budaya, Gunung Kawi memiliki derajat yang tinggi karena ditetapkan juga oleh United Nations Educational, Scientif and Cultural Organization (UNESCO) sebagai “World Heritage”.

Terletak di Daerah Aliran Sungai (DAS) Pakerisan, Gianyar, Bali, Gunung Kawi adalah situs suci yang sangat penting bagi peradaban dan budaya Bali, menjadi inspirasi lahirnya karya sastra di Bali. Karena kompleks candi ini gambaran refleksi filosofi bahwa air memiliki keselarasan dalam konteks rohani dan keilmuan, mengalir dari zaman ke zaman, dari generasi ke generasi, menjadi tumpuan dalam membangun gagasan kreatif. 

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article