Jumat, Mei 3, 2024

Waspadai ilusi dan front

Must read

#SeninCoaching:

#Lead for Good: Illusion kills you, so does front

Mohamad Cholid, Practicing Certified Executive and Leadership Coach

When we are no longer able to change a situation, we are challenged to change ourselves.”― Viktor E. Frankl, Man’s Search for Meaning.

Pertemuan yang dilangsungkan dalam ruangan sejuk dan nyaman tak jauh dari perbukitan itu ternyata belum berhasil meredam kegerahan hati dan pikiran kedua pihak. Ini pertemuan antara para penyewa unit-unit ruang perniagaan sebuah kawasan komersial kompleks perumahan di satu kota bersejarah di Asia Tenggara dengan pihak developer/pengelolanya. Tidak ada dialog di situ, selain penyampaiaan kegundahan dan aspirasi masing-masing pihak.

Suasana semacam itu sering terjadi di pelbagai pertemuan bisnis, juga dalam kegiatan kemasyarakatan, apalagi di wilayah politik. Itulah situasi saat komunikasi antara pihak-pihak yang berinteraksi dibiarkan dibajak oleh ilusi. Sebagaimana kata George Bernard Shaw, “The biggest single problem with communication is the illusion that it has taken place.”

Ilusi itu demikian pervasive, mendominasi benak pihak-pihak yang terlibat percakapan sehingga masing-masing merasa seolah-olah mampu memahami kemauan pihak lain. Padahal itu semu. Maka yang kemudian terbangun adalah panggung pertukaran kegalauan.      

Melabuhkan keinginan dan harapan ke pihak lain agar mendapatkan respon tepat memang bisa tidak mudah.

Boleh jadi itu akibat kebiasaan kebanyakan orang di antara kita yang cenderung membungkus keinginan dan aspirasi dengan retorika, atau bahkan emosi, yang tidak perlu. Ada juga yang merasa sudah cukup menyampaikan kemauan mereka melalui komentar-komentar yang passive-aggressive.

Kebuntuan komunikasi, kegagalan penyampaian keinginan, juga dapat terjadi akibat pihak di hadapan Anda mendesakkan agenda sendiri, atau terbelenggu oleh confirmation bias. Maka memberikan respon ngawur terhadap apa saja yang Anda sampaikan. Atau mereka gagal mendengarkan dan menyimak.

Ada indikasi mereka belum mampu membedakan dengan jelas antara keinginan dan kebutuhan.

Situasi dapat menjadi lebih parah jika masing-masing pihak yang berinteraksi terbiasa menjalani hidup dengan membangun front, garis demarkasi semu antara diri/kelompok sendiri dengan pihak lain.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article