Sabtu, Mei 4, 2024

Ilusi kekuasaan raja, presiden, dan proyek

Must read

#SeninCoaching:

#Lead for Good: Beware of systemic project failure

Mohamad Cholid, Practicing Certified Executive and Leadership Coach

Asyik mengejar buruannya, Raja Fulan terpisah jauh dari tim pengawal dan para kroninya yang menemaninya berburu. Selama berhari-hari ia berjalan sendirian di pinggir hutan yang belum dijarah manusia, berbatasan dengan padang pasir. Kudanya sudah mati lemas. Perbekalan pribadinya beberapa hari lalu ludes, badannya lunglai dan ia tersungkur ke rerumputan kering.

Raja Fulan, dalam keadaan terkapar terancam mati kahausan, ditemukan oleh seorang pertapa yang kebetulan lewat dan membawa air minum. Dengan sisa tenaganya Raja Fulan menyebutkan identitasnya sebagai penguasa hebat di wilayah Zambrut, minta tolong kepada si pertapa untuk diselamatkan.

Pertapa menanyakan, “Bagi Anda sekarang, mana lebih penting, segelas air yang dapat menyelamatkan nyawa atau kemegahan kerajaan?”

“Segelas air,” jawab Raja Fulan.

“Kalau begitu, bersediakah Tuan Raja menukarkan kerajaan Anda dengan segelas air?” tanya pertapa lagi.

“Aku bersedia,” jawab Raja Fulan, “Tolong berikan air minum itu…”   

Pertapa kemudian mengatakan, “Ternyata kerajaan yang Anda banggakan itu nilainya lebih kecil ketimbang segelas air. Sekarang terbukti pula, kemegahan kerajaan itu sesungguhnya hanya ditopang oleh keangkuhan dan ilusi Sampeyan tentang kekuasaan.”

Manusia umumnya khilaf bahwa Hidup, dengan segala kemungkinannya, ternyata lebih penting dari ilusi kekuasaan, kepemilikan wilayah, pangkat, kekayaan, kemasyhuran.  

Begitu bangun tidur lazimnya kita juga bersyukur masih mendapatkan kepercayaan lagi dititipi nyawa, yang semalam diambil sementara oleh Pemilik Hidup. Pernahkah terbetik dalam pikiran bahwa eksistensi fisik kita ini, yang setiap hari kita lihat di cermin dan menimbulkan bayangan di tanah saat kita jogging, bisa jadi hanya bungkus, casing, untuk “pelbagai hal yang bukan milik kita”, ilusi?

Doa pagi, meditasi, shalat Subuh dapat kita pahami sebagai upaya manusia untuk meneguhkan eksistensi masing-masing. Supaya memperoleh pengesahan “menjalani hidup secara legal” di Bumi dan diberi izin mengelola pelbagai hal fana yang dititipkan kepada kita.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article