Senin, Mei 6, 2024

Kasus Rp 349 T dan kesehatan mental pegawai

Must read

Bagaimana dengan transaksi Rp 349 triliun (agregat) yang terdeteksi di luar kepatutan, melibatkan sejumlah pegawai institusi yang diamanahkan mengatur keuangan negara? Jelas ini bukan petty corruption. Ini major scandal.

Mungkinkah ini berkorelasi positif dengan (hanya) psychological stress para pegawai? Atau lebih gawat dari itu?

Bagaimana dengan kasus-kasus mega project, di antaranya bidang infastruktur, yang indikasinya telah dipelintir sedemikian rupa oleh sejumlah oknum yang sangat berperan di dalamnya, sehingga terjadi over budget, molor pula penyelesaiannya, serta merugikan APBN dan mengancam integritas pemerintahan? Apakah para pelakunya tidak terpapar gangguan kejiwaan?

Di lingkungan BUMN dan perusahaan swasta tidak kurang gawatnya perilaku koruptif para pengelolanya. Anda dapat menemukan sendiri di pelbagai berita kasus-kasus proyek dan pengembangan usaha yang ongkosnya kelewat jauh dari kewajaran, dengan governance lemah. Bos pun menilep hasil usaha.

Di antaranya, mantan direktur utama sebuah perusahaan pembangkit listrik di Kalimantan, pertengahan April 2023 ini telah ditetapkan sebagai “tersangka dugaan tindakan penggelapan dalam jabatan” oleh Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Direktorat Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Polri.

Apakah Anda belum yakin, si bos yang jadi tersangka tersebut — dan sejumlah sosok pengelola proyek-proyek besar yang menggerogoti dana organisasi – tidak mengalami gangguan kesehatan mental? Atau gangguan jiwa lainnya?

Kalau bukan psychological stress, boleh jadi para pecundang tersebut mengalami anxiety – kecemasan berkelanjutan, seperti takut dicopot dari jabatan kalau tidak ikut terlibat dalam kongkalikong manipulasi uang organisasi, takut tidak bisa menyekolahkan anak ke luar negeri seperti atasan mereka, atau cemas urusan duniawi lainnya. Atau mereka mengalami depresi?

Sesungguhnya hari ini sudah ada metode intervensi psikologi yang canggih untuk mendeteksi perilaku para eksekutif dan pegawai lainnya di organisasi pemerintahan, BUMN/swasta, maupun lembaga nonprofit.

Sebagian psikolog telah memanfaatkan AI dan algorithm untuk dapat melakukan asesmen, menganalisis, dan membuat prediksi perilaku seseorang dalam kurun waktu tertentu, sesuai dengan beban kerja masing-masing.

Ada terobosan yang dilakukan Psikolog Dr. Heru Wiryanto untuk melayani anggota masyarakat yang mengalami gangguan kesehatan mental, utamanya anxiety, depresi, psikosomatis, stress, menggunakan fasilitas chatbot.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article