Minggu, Mei 5, 2024

Semarang in 3 Days

Must read

Hari Kedua

Semua perjalanan selalu bermula dari Rooms Inc. Pagi ini kami sengaja sarapan sedikit, karena kami akan mengeksplorasi kuliner Semarang, mulai dari makan pagi, siang, bahkan sore (afternoon tea), hingga makan malam.

Nasi Ayam Bu Nyoto

Nasi ayam adalah makanan tradisional paling populer di Semarang. Bahkan, nasi ayam sudah menjadi ikon kuliner di Ibu Kota Jawa Tengah itu. Pilihan makan pagi (setelah sarapan di hotel) kali ini jatuh pada Nasi Ayam Bu Nyoto yang berlokasi di Jalan Mayjen MT Haryono, Peterongan. Jam bukanya pagi sekitar pukul 06.00 hingga sekitar pukul 10.00 siang, dan buka lagi pukul 17.00 hingga malam.

Warung tenda Bu Nyoto yang selalu ramai.

Hampir setiap hari pelanggannya berjubel. Meski warung tendanya terletak di depan SD St. Yusup Semarang, bukan berarti yang makan para pengantar siswa SD tersebut saja, tapi masyakakat umum, juga tamu-tamu luar kota, termasuk kami pagi itu.

Penampakan nasi ayam Bu Nyoto (Photo: Rian Farisa)

Berdiri sejak tahun 1970-an, Nasi Ayam Bu Nyoto dikenal sebagai nasi ayam khas Semarangan, yang disajikan di pincuk (bukan piring), isinya terdiri dari nasi tentu saja, dicampur dengan kuah opor, telur bacem, potongan tahu, hingga suwir sayur labu siam, dan krecek.

Kuil Sam Poo Kong

Setelah urusan pengisian perut sudah beres, jam 10.00 kami segera berangkat ke Kuil Sam Poo Kong. Kuil Tionghoa ini terletak di daerah Simongan, tempat heritage yang konon dulunya adalah tempat persinggahan Laksamana Cheng Ho, seorang “traveler” asal Tiongkok yang beragama Islam. Banyak yang menyakini bahwa Laksamana ini adalah panglima perang utusan Tiongkok keturunan Persia.

Di depan patung Laksamana Cheng Ho

Bangunan inti klenteng ini adalah sebuah gua batu, yang dipercaya sebagai tempat awal mendarat dan markas Laksamana Cheng Ho beserta anak buahnya saat berkunjung ke Pulau Jawa. Di dalamnya terdapat patung Laksamana Cheng Ho, dijumpai juga altar, dan makam orang-orang kepercayaan Laksamana Cheng Ho saat di Jawa, yang sering pula dikunjungi pengunjung untuk berziarah.

Klenteng ini sudah beberapa kali menjalani pemugaran. Revitalisasi besar-besaran dilakukan oleh Yayasan Sam Poo Kong pada Januari 2002. Pemugaran selesai pada Agustus 2005, bersamaan dengan perayaan 600 tahun kedatangan Laksamana Zheng He di pulau Jawa. 

Selain sebagai destinasi favorit pelancong lokal, Klenteng Sam Poo Kong ini ternyata oleh pemerintah Tiongkok ditetapkan sebagai tujuan wajib wisatawan asal Negara Tirai Bambu tersebut.

Artikel sebelumnya
Artikel berikutnya
- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article